Sabtu, 29 Juni 2013

mungkin, Aku.



Mungkin, Aku yang terlalu bodoh. Untuk tetap ada disampingmu. Mungkin, Aku yang terlalu baik. Untuk tetap membiarkan air mataku menangisi kesalahanmu. Mungkin, Aku yang terlalu lemah. Untuk tetap memilih diam dan percaya dibandingkan memaafkan lalu pergi. Mungkin, Aku yang terlalu takut. Untuk tetap bersembunyi dibelakangmu dibandingkan berdiri sendiri. Mungkin, Aku yang terlalu naif. Untuk tetap menutup mataku pada orang lain. Mungkin, Aku yang terlalu egois. Untuk tetap membiarkan keadaan semakin membuatku menunggu. Mungkin, Aku yang terlalu buta. Untuk tidak melihat semua kesalahan yang kamu lakukan didepanku. Mungkin, Aku yang terlalu bisu. Untuk tidak berbicara apapun saat kamu melakukan kesalahan yang sama lagi dan lagi. Mungkin, Aku yang terlalu tuli. Untuk tidak mendengarkan semua yang dikatakan orang lain tentangmu dan tetap mengatakan aku mencintaimu selalu.

Rabu, 26 Juni 2013

dibawah langit



   Dibawah langit hari ini, cerah. Ditempat yang sama, aku mengingat. Diseberang sana aku melihat. Mengingat setiap kata-kata yang pernah terucap. Kemudian melihat dua bayangan yang sedang berlari bahagia. Menarikan senyuman-senyuman indah, meneriakkan setiap kata-kata yang kuingat dan melingkarkan harapan diatas awan.
   Dibawah langit hari ini, teduh. Seteduh langkahku menyusuri masa lalu. Diujung jalan aku melihat dua bayangan berlalu. Saling menggenggam tangan melewatiku. Sesaat aku mengingat sesuatu. Aku pernah merasakan genggaman itu.
      Dibawah langit hari ini, mendung. Angin terus berhembus seakan ingin menyampaikan rindu. Rindu yang kemudian dengan erat memelukku. Ditengah langkahku, aku terhenti karena sebuah lagu. Untukku, lagu ini mengalun. Lagu yang perlahan semakin menyesakkan dadaku. Disudut jalan, dua bayangan itu kembali bertemu. Dengan lagu yang terus mengalun, melodi-melodi bertemu menjadi satu. Nyanyian dua bayangan itu menyatu.
   Dibawah langit hari ini, berawan. Dan disini aku duduk, sendirian. Dikejauhan, kembali aku melihat bayangan datang. Juga sendirian. Sama seperti langit, diamnya seakan meneriakkan sejuta keraguan. Seakan ketenangan dalam hatinya mulai memudar.
   Dibawah langit hari ini, hujan. Dalam naungan payung, aku merasakan udara kesedihan. Hari ini tidak akan ada bayangan. Tepatnya tidak ada dua bayangan. Hanya ada satu bayangan yang tetap berdiri, menanti bayangan yang selalu menemaninya kembali. Ditempat ini, tempat dua bayangan itu bertemu kemudian menghilang satu. Tempat bayangannya menunggu. Aku dan kamu. Kamu menghilang, dan aku menunggu.

Senin, 24 Juni 2013

straight way



Aku merindukanmu ? Ya, aku memang merindukanmu. Tapi sebentar, mungkin maksudku aku merindukan kamu yang dulu. Kita yang dulu. Semua tentang kita yang dulu. Jika sekarang ada pilihan untuk kembali bersamamu, aku mungkin memilih untuk terus berjalan lurus. Aku memang menginginkan kesempatan untuk kembali. Tapi bukan hanya sekedar kembali bersamamu. Yang aku inginkan kembali bersamamu dikeadaan yang dulu. Aku merindukan saat-saat bersamamu yang dulu, bersama dirimu yang dulu. Aku merindukan mata itu. Mata tajam yang mengisyaratkan  perasaan saat pertama kita bertemu. Aku juga merindukan senyum itu. Senyum penuh kehangatan yang selalu menyapa hari-hariku. Dulu. Bahkan, aku merindukan genggaman itu. Genggaman penuh kepastian yang mempertemukan jari-jari kita menjadi satu. Aku menginginkan semua itu kembali. Tetapi yang aku tahu, aku hanya dapat menemui semua itu pada dirimu yang dulu. Karena itu aku memutuskan untuk terus berjalan lurus. Aku bukan melupakanmu, hanya menyisihkanmu ke sudut gelap otakku. Aku tidak berhenti mencintaimu, hanya saja aku berhenti menunjukkannya padamu. Aku tidak membuang kenangan kita yang lalu, aku hanya memindahkannya ke ruang yang lebih dalam lagi dihatiku. Aku bukan meninggalkanmu, aku hanya berada sedikit lebih jauh darimu sehingga tidak lagi menjadi alasanmu untuk tersenyum. Ya, sekarang aku berada sedikit lebih jauh darimu. Tidak lagi disampingmu. Yang tersisa dariku yang selalu ada disampingmu kini hanyalah doaku kepada Tuhan untukmu. Doa yang selalu kuucapkan dan selalu kusertakan namamu didalamnya. Doa yang kuharap dapat menyampaikan rasa rinduku padamu. Rindu yang setiap hari semakin menyesakkan dadaku. Rindu yang setiap saat meracuni setiap sudut otakku untuk sekedar memikirkanmu. Tapi untuk mengatakannya padamu, kurasa tidak. Aku cukup menyampaikannya lewat doa. Mengatakan padamu hanya akan merusak kebahagiaanmu sekarang. Sedangkan, aku hanya ingin melihatmu bahagia. Melihatmu bahagia melupakanku. Melihat kini setiap tawa bahagiamu menghapus kenangan tentangku. Melihat setiap langkahmu kini menyisakan jarak yang semakin jauh antara kau dan aku. Jarak yang semakin membutakan pandangan mataku padamu, tapi tidak perasaanku untukmu. Jadi, terus berjalan lurus memang pilihanku. Berjalan lurus dengan cinta untukmu dan segala kesakitan yang menyertainya disampingku.