Aku merindukanmu ? Ya, aku memang
merindukanmu. Tapi sebentar, mungkin maksudku aku merindukan kamu yang dulu.
Kita yang dulu. Semua tentang kita yang dulu. Jika sekarang ada pilihan untuk
kembali bersamamu, aku mungkin memilih untuk terus berjalan lurus. Aku memang
menginginkan kesempatan untuk kembali. Tapi bukan hanya sekedar kembali
bersamamu. Yang aku inginkan kembali bersamamu dikeadaan yang dulu. Aku
merindukan saat-saat bersamamu yang dulu, bersama dirimu yang dulu. Aku
merindukan mata itu. Mata tajam yang mengisyaratkan perasaan saat pertama kita bertemu. Aku juga
merindukan senyum itu. Senyum penuh kehangatan yang selalu menyapa hari-hariku.
Dulu. Bahkan, aku merindukan genggaman itu. Genggaman penuh kepastian yang
mempertemukan jari-jari kita menjadi satu. Aku menginginkan semua itu kembali.
Tetapi yang aku tahu, aku hanya dapat menemui semua itu pada dirimu yang dulu. Karena itu aku memutuskan untuk terus berjalan lurus. Aku bukan
melupakanmu, hanya menyisihkanmu ke sudut gelap otakku. Aku tidak berhenti
mencintaimu, hanya saja aku berhenti menunjukkannya padamu. Aku tidak membuang
kenangan kita yang lalu, aku hanya memindahkannya ke ruang yang lebih dalam
lagi dihatiku. Aku bukan meninggalkanmu, aku hanya berada sedikit lebih jauh
darimu sehingga tidak lagi menjadi alasanmu untuk tersenyum. Ya, sekarang aku
berada sedikit lebih jauh darimu. Tidak lagi disampingmu. Yang tersisa dariku
yang selalu ada disampingmu kini hanyalah doaku kepada Tuhan untukmu. Doa yang
selalu kuucapkan dan selalu kusertakan namamu didalamnya. Doa yang kuharap
dapat menyampaikan rasa rinduku padamu. Rindu yang setiap hari semakin
menyesakkan dadaku. Rindu yang setiap saat meracuni setiap sudut otakku untuk
sekedar memikirkanmu. Tapi untuk mengatakannya padamu, kurasa tidak. Aku cukup
menyampaikannya lewat doa. Mengatakan padamu hanya akan merusak kebahagiaanmu
sekarang. Sedangkan, aku hanya ingin melihatmu bahagia. Melihatmu bahagia
melupakanku. Melihat kini setiap tawa bahagiamu menghapus kenangan tentangku.
Melihat setiap langkahmu kini menyisakan jarak yang semakin jauh antara kau dan
aku. Jarak yang semakin membutakan pandangan mataku padamu, tapi tidak
perasaanku untukmu. Jadi, terus berjalan lurus memang pilihanku. Berjalan lurus
dengan cinta untukmu dan segala kesakitan yang menyertainya disampingku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar